Soal alasan kenapa banyak nenek yang bekerja, Mbah Misirah dengan enteng menjawab demikian, “Coba kalau ada anak muda yang mau kerja begini. Anak-anak muda enggak mau kerja kayak begini,” ujarnya.
KOTA MADIUN –Bisnis rumah tangga di Jl Delima 32 Kelurahan Kejuron, Kecamatan Taman, Kota Madiun ini menghasilkan omzet ratusan juta setiap bulannya. Siapa sangka, omzet sebanyak itu dihasilkan berkat kerja keras nenek nenek berusia renta.
Sebuat saja Mbah Misirah. Nenek ini usianya telah memasuki senja 75 tahun. Ia mengaku bekerja sebagai penumbuk sambal Pecel Jeruk sejak 25 tahun silam.
“Saya adalah generasi kedua rombongan nenek-nenek penumbuk kacang sambal pecel,” ujarnya saat berbincang dengan Madiunpos.com di kediaman Ny Kasiyem Jl Jalan Delima 32 Kelurahan Kejuron, Kecamatan Taman, Kota Madiun, Jumat (23/1/2015).
Selain Misirah, ada juga Sarmi. Nenek berusia 65 ini juga memiliki tugas yang sama dengan Mbah Samirah, yakni sebagai penumbuk kacang sambal pecel.
Ada banyak nenek yang menjadi lokomotif usaha sambal pecel ternama di Kota Madiun itu. Mereka ada yang bertugas di bagian pencucian kacang, penggorengan, penumbukan, peracik bumbu, maupun pengepakan.
Meski dikerjakan oleh nenek-nenek, namun citarasa sambal khas Madiun ini tiada duanya. Bahkan, sambal khas ciptaan nenek-nenek itulah yang membuat sambal pecel menjadi mendunia.
Sekadar diketahui, selain pesanan warga Madiun, pesanan sambal buatan nenek-nenek itu juga datang dari berbagai kota lain seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, Banjarmasin, dan Palembang.
Sambal pecel ini juga pernah dinikmati orang-orang di mancanegara. Pada tahun 2000 silam misalnya, sempat ada warga Belanda yang datang ke rumahnya dan memesan sambal Madiun dalam jumlah cukup banyak, antara 1-2 kuintal per dua bulan sekali.
Tak hanya di Belanda, sambal pecel buata nenek itu juga pernah dibawa ke Amerika Serikat, Inggris dan Hongkong dan Kanada oleh para pekerja dan mahasiswa Indonesia yang di luar negeri.