Adapun RSIs pada anak cenderung terjadi karena jari tangan mereka terbiasa selalu bergerak. Entah itu saat menggunakan komputer, bermain video games, atau main musik.
Bukan lagi mencorat-coret atau mewarnai dengan tangan, majunya teknologi sudah membuat anak-anak masa kini jauh dengan pena dan kertas. Semua itu tergantikan dengan beragam gadget yang mudah digunakan, bahkan oleh balita sekalipun.
Menulis tugas sekolah, mencari bahan di internet, semua dilakukan anak dengan bantuan komputer. Meski memudahkan, bukan berarti tidak ada risikonya lho. Terlalu sering menggunakan jari tangan untuk mengetik atau menggerakkan tetikus bisa membuat anak mengalami repetitive stress injuries (RSIs).
Seperti dikutip dari Kidshealth, RSIs merupakan sejenis cedera pada otot karena terlalu banyaknya tekanan yang dialami. Kebanyakan kasus RSIs disebabkan gerakan berulang karena mengggunakan komputer atau terlalu keras berolahraga.
Beberapa orang tua yang melaporkan anak mereka selalu menggerakkan jari, seperti mengetuk-ketuk mesti tidak melakukan kegiatan apa pun, atau terjauh dari komputer.
RSIs terjadi kala sendi tangan merasakan tekanan sehingga menarik tendon dan otot-otot di sekitar sendi. Bila tekanan itu terjadi berulang kali, tubuh tidak punya waktu untuk pulih. Tubuh bereaksi terhadap iritasi dengan meningkatkan jumlah cairan di area tangan untuk mengurangi stres ditempatkan pada tendon atau otot.
Ada bermacam-macam efek yang ditimbulkan dari RSIs, termasuk pembangkakan pergelangan tangan, dan mati rasa. Tidak seperti orang dewasa, anak-anak memang berisiko rendah mengalami RSIs. Namun, dengan semakin masifnya teknologi yanng membuat manusia bisa melakukan segala hal hanya dengan gerakan tangan, bukan berarti anak-anak terhindar dari kondisi tersebut. Bahkan, beberapa orang tua melaporkan anak mereka selalu menggerakkan jari, seperti mengetuk-ketuk mesti tidak melakukan kegiatan apa pun, atau terjauh dari komputer.
PRI